"

Senin, 26 Agustus 2019

Laporan Kesehatan Lingkungan




LAPORAN FIELD VISIT KE KOMUNITAS TEPI SUNGAI CODE
KOTA YOGYAKARTA





DISUSUN OLEH :

Nama               : BAITUR RAHMAN MERJA
Nim                 : 18/433445/PKU/17358
Peminatan       : KESEHATAN LINGKUNGAN





PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sungai merupakan salah satu sumberdaya air yang mempunyai manfaat dan peran yang penting dalam kehidupan manusia. Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat beberapa sungai besar yaitu: Sungai Oyo, Opak, Gadjahwong, Code, Winongo, Bedog, dan Serang. Diantara beberapa sungai tersebut, Sungai Code menjadi pusat perhatian banyak pihak dan memiliki tingkat kemendesakan dalam pengelolaannya. Hal ini disebabkan Sungai Code melintasi Kota Yogyakarta dan berdekatan dengan beberapa tempat strategis, seperti Malioboro, Tugu, Kraton, dan lainnya. Sungai Code melintas pada kawasan pemukiman yang cukup padat di kiri-kanan sungai serta kondisinya menunjukkan kecenderungan makin memburuk dari tahun ke tahun. Semakin meningkatnya aktivitas pembangunan ekonomi, perubahan tata guna lahan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan tingginya tekanan kawasan sungai terhadap lingkungan (Widodo, 2010).
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat akan menghasilkan dampak peningkatan kebutuhan akan lahan pemukiman. Ketika kebutuhan lahan di perkotaan tidak mencukupi,maka kawasanm sekitar sungai merupakan kawasan yang dimanfaatkan sebagai permukiman warga yang pada akhirnya memberi pengaruh buruk terhadap keberlangsungan fungsi sungai tersebut.
Permasalahan klasik yang biasanya timbul di daerah bantaran sungai yaitu terkait masalah sumber air bersih, jamban, saluran limbah maupun sistem pengelolaan sampah. Masalah-masalah yang dihasilkan tersebut dapat mengakibatkan dampak yang buruk baik bagi sungai maupun warga yang tinggal di bantaran sungai tersebut.
Pengelolaan sungai merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan yang memiliki tantangan sangat mendasar yaitu bagaimana mengelola sumber daya sungai dan daya dukung lingkungan bagi manfaat manusia secara optimal dan berkelanjutan. Sumber daya alam kawasan sungai harus dikembangkan sehingga menguntungkan secara sosial ekonomi dan ramah lingkungan. Pengembangan tersebut harus memperhatikan berbagai konflik kepentingan yang mungkin terjadi antar beberapa pihak dengan masyarakat tradisional (Widodo, dkk, 2010).
B.       Tujuan
Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk melihat dan mengetahuai keadaan masyarakat dan lingkungan pada Komunitas tepi Sungai Code Kota Yogyakarta.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
Kunjungan dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 21 September 2018 pada pukul 08.00-10.00 berlokasi di RW4 dan 5 Kelurahan Terban Kecamatan Gondokusuman, dimana jumlah warga  220 KK. Adapun hasil yang diperoleh dari kunjungan tersebut antara lain :

1.        Keadaan sekitar Sungai Code.
              

2.        Program Kotaku
          



3.        Sarana Air Bersih dan Air Minum
     

4.        Sampah
         

5.        Jamban
                
6.        Limbah Cair
          

B.       Pembahasan
1.        Keadaan Sekitar Sungai Code
Berdasarkan hasil kunjungan yang dilakukan, dilihat bahwa keadaan di sekitar Sungai Code terbilang cukup bersih. Terlihat bahwa di sekitar Sungai Code bersih meskipun ada beberapa sampah kecil yang terlihat di Sungai Code maupun pinggiran. Namun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa Sungai Code bersih dari sampah. Air yang mengalir terlihat jernih dan mengalir lancar. Hal ini menunjukkan bahwa di Sungai Code tidak terdapat tumpukan sampah yang banyak yang mengakibatkan air tidak mengalir dengan lancar dan tidak terlihat warna air yang keruh. Karena sungai yang bersih sehingga terlihat beberapa warga melakukan kegiatan memancing di sungai. Jika sungai kotor dan terdapat banyak sampah, tidak mungkin ada warga yang ingin memancing di sekitar sungai. oleh karena itu, menjaga kebersihan sungai harus terus dijaga agar sungai terlihat bersih dan fungsi sungai dapat dimanfaatkan.
Keadaan pemukiman di sekitar Sungai Code sangat padat. Terlihat dari banyaknya rumah yang saling berdekatkan dan juga jalan yang sangat sempit. Tidak hanya pemukiman, berdasarkan pengakuan ketua RW setempat didalam satu rumah terdapat dua sampai tiga kepala keluarga. Hal ini menunjukkan didalam satu rumah juga terdapat kepadatan hunian yang sangat tinggi. Kepadatan pemukiman ini disebabkan karena lahan yang tidak memungkinkan sehingga bagi warga yang memiliki ruangan kurang cukup alternatifnya yaitu membuat rumah bertingkat. Terlihat pada gambar bahwa kebanyakan rumah-rumah yang berada di bantaran Sungai Code yaitu bertingkat.
Hasil pengamatan yang didapatkan dari pengolahan data citra Penginderaan Jauh Quickbird dengan menggunakan Sistem informasi Geografis didapatkan bahwa jumlah bangunan yang terletak atau dibangun pada jarak 3m dari tepi sungai adalah 476 bangunan, pada jarak 10m dari tepi sungai berjumlah 1040 bangunan, pada jarak 15m sebanyak 1499 bangunan, dan pada jarak 100m dari tepi sungai sebanyak 7.642 bangunan. Bangunan-bangunan ini paling banyak dimanfaatkan sebagai bangunan pemukiman (sekitar 90%) dan sisanya dimanfaatkan untuk industri rumah tangga, pertokoan, kampus, sekolah, tempat ibadah, jasa, toilet umum dan sawah (Setyadi, 2013).
Tingginya kepadatan penduduk dapat memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Semakin padat penduduk di suatu wilayah maka penularan penyakit akan semakin cepat. Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap penyakit menemukan bahwa salah satu faktor yang sangat beresiko terhadap penularan penyakit yaitu kepadatan penduduk. Selain memberikan dampak bagi kesehatan, kepadatan penduduk juga memberikan dampak bagi lingkungan. Semakin banyak jumlah penduduk di suatu wilayah akan mempengaruhi volume sampah, limbah maupun penggunaan air bersih. Jika pengelolaan sampah dan limbah tidak dilakukan dengan baik maka akan memberikan dampak yaitu pencemaran lingkungan.

2.        Program Kotaku
KOTAKU merupakan kepanjangan dari Kota Tanpa Kumuh. Ini merupakan salah satu program di era keperesidenan Joko Widodo yang dananya diperoleh dari program POPR  melalui Badan Keswadayaan Masyarakat. Dananya merupakan pinjaman dari Bank Dunia. Tugas utama dari BKM yaitu mengurangi kemiskinan di perkotaan ataupun pedesaan dan sasarannya yaitu wilayah kumuh dan lingkungan dengan mayoritas warganya miskin. Di Jogjakarta sendiri sudah ada Peraturan Walikota tentang wilayah-wilayah kumuh yang dipersiapkan untuk program-program pusat maupun daerah. Di dalam Peraturan tersebut wilayah-wilayah yang termasuk wilayah kumuh termasuk wilayah-wilayah di bantaran sungai seperti Sungai Code, Binongo dan Gajah Uwong.
Program KOTAKU ini merupakan program yang bertujuan untuk penataan kawasan, sanitasi, kesehatan, pemukiman, air bersih dan sebagainya. Proses pelaksanaan pembangunan dilaksanakan ketika dana telah cair ke BKM. Setelah itu dana yang ada kemudian ditransfer ke Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang dibentuk oleh masyarakat. KSM inilah yang nantinya melaksanakan pembangunan seperti pembuatan MCK, pavin blok, penataan rumah dan lain sebagainya.
3.        Sarana Air Bersih dan Air minum
Air merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting yang harus dimiliki karena penggunaan air digunakan oleh setiap orang. Sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat di sekitar Sungai Code pada umumnya dengan berlangganan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Ada juga sebagian warga yang memiliki sumur gali sendiri namun hanya beberapa. Selain itu terdapat juga sumber air semacam PDAM yang sumber airnya diambil dari mata air Sungai Code. Air disedot menggunakan pompa air dan dialirkan kemudian melalui proses penjernihan menggunakan kaporit kemudian melewati bak control untuk mengetahui debit air. Setelah itu dialirkan ke rumah-rumah warga dan dikenakan tarif Rp.1.000/m3. Hal ini menguntungkan warga karena kualitas air yang hampir sama dengan PDAM namun harganya lebih terjangkau.
Di RW 4 sendri terdapat satu Kelompok Pemakai Air (POKMAIR). Terdapat sebuah bangunan yang didalammnya terdapat 2 buah sumur yang sumber mata airnya berasal dari Sungai Code. Air yang dihasilkan kemudian disedot menggunakan mesin pompa air dan ditampung kedalam beberapa profil tank yang diletakkan diatas bangunan tersebut. Kemudian didistribusikan ke rumah-rumah warga yang berada di daerah rendah di sekitaran Sungai Code. Pemakai airn terbatas hanya sekitar 30 KK. Kelompok pemakai air tersebut juga berlangganan untuk menggunakan air dengan tarif Rp.1.000/m3. Hal ini membantu masyarakat sekitar karena tarifnya lebih murah jika dibandingkan dengan PDAM.
Didalam bangunan yang berisi sumur juga terdapat salah satu alat pengolahan air yang digunakan untuk mensterilkan air seperti yang digunakan pada depot isi ulang air galon pada umumnya. Hasil pengolahannya langsung di masukkan kedalam galon-galon yang telah disediakan dan dijual ke warga sekitar dengan harga Rp.4.000/galon setiap isi ulang. Hasil pengolahan air ini dapat langsung diminum oleh warga karena telah diperiksa oleh Dinas Kesehatan. Menurut ketua pengelola, mereka telah menentukan merek pada hasil pengolahan air tersebut dengan merek Maknyus.
Gambaran penggunaan air bersih pada daerah di sekitar sungai terlihat pada hasil penelitian Mende, dkk (2015) pada permukiman di kawasan sekitar Danau Tondanu, diperoleh bahwa sebagian besar penduduk memenuhi kebutuhan mereka akan penggunaan air bersih 50% berasal dari mata air, 36,21% menggunakan sumur bor dan sisanya menggunakan air dari PDAM yaitu sebesar 13,17%


4.      Sampah
Sistem pengolahan sampah yang dilakukan oleh warga di sekitar kali code yaitu menggunakan Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau jasa petugas kebersihan. Setiap rumah memiliki tempat sampah pribadi yang dibuat dan diletakkan di depan rumah masing-masing. Nantinya akan ada petugas kebersihan yang akan mengankut sampah dari rumah-rumah warga kemudian dibawa ke TPS. Warga sekitar dikenakan biaya Rp.15.000/bulan untuk petugas kebersihan pengangkut sampah tersebut. Meskipun demikian, masih saja ada warga yang memiliki perilaku membuang sampah sembarangan seperti terlihat pada gambar masih ada di beberapa titik sampah yang menumpuk.
Sistem pengolahan sampah yang dilakukan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati (2012) tentang sistem pengolahan sampah domestik di sepanjang kali Code yang memperoleh hasil bahwa pengolahan sampah yang digunakan dari 5 kelurahan di sepanjang kali Code yaitu penggunaan TPS atau jasa petugas kebersihan. Selain itu, hasil yang diperoleh yaitu Kelurahan Sinduadi dan disusul oleh Kelurahan Terban masih terdapat masyarakat yang membuang sampah disungai dan tepian sungai.

5.        Jamban
Berdasarkan hasil kunjungan, diketahui bahwa sebagian besar warga di sekitar Sungai Code sudah memiliki jamban pribadi sehingga sudah tidak ada lagi warga yang BAB disekitar Sungai Code. Jenis jamban yang digunakan sebagian besar warga di sekitar Kali Code adalah jenis leher angsa karena semua memiliki septic tank masing-masing. Terdapat juga septic tank komunal dengan ukuran 2,5m x 30m yang diatasnya digunakan sebagai lapangan bulu tangkis. Septic tank komunal ini mampu menampung sekitar 20 KK. Nantinya jika terdapat tanda bahwa septic ini telah penuh, langkah yang akan diambil yaitu dengan mencari lahan baru yang akan dijadikan septic tank komunal kembali.
Selain memiliki jamban pribadi, di bantaran Sungai Code juga terdapat beberapa buah jamban umum atau MCK yang dibuat oleh pemerintah untuk masyarakat sekitar. Namun pemanfaatannya masih kurang karena warga lebih memilih BAB dan melakukan aktivitas dirumah masing-masing dibandikan pergi ke MCK tersebut.
Kepemilikan jamban di sekitaran Sungai Code sudah terbilang baik karena sebagian besar telah memiliki jamban. Dibandingkan dengan daerah bantaran sungai pada umumnya sebagian besar masyarkatnya tidak memiliki jamban sehingga aktivitas BAB umumnya dilakukan disekitar sungai. Hal ini tentu akan mengakibatkan pencemaran pada sungai dan dapat menyebabkan penyakit bagi warga sekitar sungai.
Umumnya warga yang tinggal di bantaran sungai melakukan aktivitas BAB disungai dikarenakan masalah kepemilikan jamban yang kurang. Seperti hasil penelitian Mende, dkk (2015) yang memperoleh hasil bahwa kepemilikan jamban pada pemukiman di kawasan Danau Tondano sebanyak 52,2% bangunan rumah tidak memiliki jamban, sedangkan rumah yang memiliki jamban hanya 47,98%. Hal ini membuktikan bahwa bangunan rumah yang tidak memiliki jamban lebih banyak dibandingkan rumah yang memiliki jamban. Bagi mereka yang tidak memiliki jamban biasanya menggunakan jamban tetangga untuk BAB & BAK. Ada juga masyarakat yang menggunakan danau sebagai tempat untuk BAB maupun BAK.

6.        Limbah Cair
Sistem pengolahan limbah yang ada di sekitar Sungai Code yaitu sebagian warga membuang limbah melalui got-got yang dialirkan dari rumah warga ke warga yang lain dengan tersedianya beberapa titik yang dapat dilihat dan dibuka yang berfungsi untuk melihat jika terjadi permasalahan-permasalahan seperti terdapat sampah. Limbah yang dihasilkan tersebut pada akhirnya masih dialirkan ke sungai karena belum memiliki sistem pengolahan limbah yang memadai. Terdapat juga IPAL komunal namun belum memiliki sistem pengolahan sehingga IPAL komunal tersebut hanya berfungsi sebagai penampung saja. jika IPAL tersebut penuh akan dicari lahan baru untuk pembuatan IPAL komunal yang baru.
Sistem pengolahan limbah cair yang ada di sekitar Sungai Code ini terbilang kurang efektif karena pada akhirnya limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga masih saja  berakhir di Sungai Code. Hal ini tentu akan mengakibatkan pencemaran pada air sungai. Sebaiknya IPAL komunal yang dimiliki dapat melakukan pengolahan air limbah sehingga dapat meminimalisir pencemaran yang terjadi di Sungai Code akibat pembuangan air limbah, sehingga ketika ada pengolahan limbah lewat IPAL, kandungan bahan berbahaya yang terdapat pada air limbah dapat berkurang. Jika kandungan bahan berbahaya berkurang maka limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga dapat dialirkan kembali atau dapat digunakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari (Mende, dkk 2015).



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
1.      Salah satu dari sekian program pemerintah untuk pembangunan di bantaran Sungai Code yaitu program KOTAKU.
2.      Sarana sanitasi di bantaran Sungai Code terbilang cukup baik seperti pengolahan air, kepemilikan jamban dan sistem pengolahan sampah.
3.      Masih ada sebagian perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya, seperti terlihat terdapat tumpukan sampah pada beberapa tempat.
4.      Limbah rumah tangga yang dihasilkan masih dialirkan ke sungai.
B.       Saran
1.      Perlunya ada sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya sehingga lingkungan terlihat bersih dan indah.
2.      Perlunya ada kesadaran dari semua warga tentang kebersihan lingkungan agar tidak mudah tertular penyakit mengingat rumah warga yang begitu padar sehingga dengan mudahnya penyakit dapat tertular ke orang lain.
3.      Perlunya ada pelatihan tentang cara pengolahan limbah cair dan IPAL agar limbah yang dihasilkan melalui pengolahan dapat dialirkan ke sungai tanpa mencemari sungai.


DAFTAR PUSTAKA
Krisnawati, T O. 2012. Pengelolaan Sampah Domestik Masyarakat dan Jumlah Titik Sampah di tepi Sungai Code Wilayah Gondolayu sampai Ringroad Utara Yogyakarta. Skripsi. Universitas Kristen Duta Wacana. Yogyakarta

Mende, J, C, C,. Kumurur, V, A,. Moniaga, I, L,. 2015. Kajian Sistem Pengelolaan Air Limbah Pada Permukiman di Kawasan Sekitar Danau Tondano (Studi Kasus : Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa). Hasil Penelitian. Sabua, Vol 7, No.1: 395-406 Maret 2015. ISSN 2085-7020

Setyadi, A. 2013. Analisis Keselarasan Letak Bangunan Dan Pemanfaatan Lahan Terhadap Peraturan Sempadan  Sungai Menggunakan Citra Satelit Quickbird (Kasus Sepanjang Sungai Code, Kota Yogyakarta). Jurnal Publikasi Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/24777/8/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Widodo. Lumpiyanto, R,. Wijaya, D,. 2010. Pengelolaan Kawasan Sungai Code Berbasis Masyarakat. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 1, Januari 2010, Halaman 7-20. ISSN : 2085-1227

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini