Sekilas Tentang Gelar
Gelar Knight Grand Cross in the Order of the Bath –Ksatria Salib Agung dalam Ordo Permandian- merupakan tingkatan tertinggi dalam Order of the Bath. Nama Ordo itu sendiri berasal dari ritual abad pertengahan. Ini muncul dari ritual mandi atau membersihkan diri, terinspirasi oleh mandi dalam prosesi pembaptisan. Ini adalah simbol penyucian spiritual, sebagai bagian dari persiapan seorang ksatria untuk penganugerahan gelar ksatria. Gelar kehormatan itu tidak diberikan sampai kandidat telah mempersiapkan diri dengan berbagai ritual yang dirancang untuk menyucikan jiwa batin dengan berpuasa, berdoa, dan membersihkan diri dengan mandi (http://www.royal.gov.uk).
Pada tahun 1725, Raja George I menghidupkan kembali pemberian gelar tersebut dan dijadikan order militer reguler. Tahun 1815 raja George IV membuat dua divisi Order of the Bath yaitu militer dan sipil, disamping juga diperluas. Ritual mandi, berdoa dan sebagainya resmi dihilangkan.
Sejarah dan deskripsi gelar itu mengindikasikan kuat sebagai gelar yang berbau kristiani. Hal itu juga terlihat dari tanda gelar dengan semboyan Tria iuncta in uno (Three joined in one) yang diantara penjelasannya merujuk pada trinitas, yang berarti Three powers joined in one (tiga kekuatan (tuhan) menyatu dalam satu). Gelar yang lekat dengan simbol dan makna kristiani inilah yang diterima oleh Presiden SBY.
Alasan Pemberian Gelar
Menurut Menteri ESDM Jero Wacik, yang ikut mendampingi Presiden SBY dalam kunjungan ke Inggris itu, Presiden mendapat gelar ksatria dari Ratu Elizabeth II karena prestasinya, antara lain dalam memajukan ekonomi Indonesia, demokrasi dan kebebasan pers yang semakin baik di Indonesia di mata Pemerintah Kerajaan Inggris. Sri Ratu mengatakan, pemberian gelar kepada Presiden Indonesia karena prestasi yang menonjol di bidang ekonomi. Indonesia bisa tumbuh ekonominya dengan berkelanjutan meski situasi dunia dalam delapan tahun kepemimpinan Presiden Yudhoyono tidak bersahabat. Menteri ESDM juga menyatakan, “Peran internasional Indonesia dalam mencegah perubahan iklim juga menjadi salah satu alasan pemberian gelar tersebut.” (lihat, kompas.com, 6/11).
Karena itu menurut Presiden SBY, rakyat Indonesia seharusnya bangga atas berbagai penghargaan yang diterima lewat dirinya di dunia internasional. Ratu Inggris menilai SBY layak mendapat gelar tersebut. Ratu Inggris menilai SBY mampu mentransformasikan demokrasi Indonesia menjadi lebih kokoh. SBY pun mampu menciptakan hubungan bilateral Indonesia-Inggris menjadi lebih baik dan positif (Hidayatullah.com, 5/11). Selain itu, dengan gelar itu, Presiden SBY dinilai telah disejajarkan dengan tokoh-tokoh besar dunia yang mendapat gelar yang sama seperti Ronald Reagen, Jaques Chirac, Sarkozy, George Bush Senior, Abdullah Gull dan lainnya.
Inggris Penjajah
Sejarah kerajaan Inggris sarat dengan catatan kejahatan terhadap kemanusiaan dan umat Islam. Inggris pernah menjajah negeri ini dan mengeruk kekayaan negeri ini untuk kesejahteraan rakyat Inggris.
Di awal kemerdekaan, Inggris berusaha menjajah dan menginvasi negeri ini. Pasukan Inggris mendarat di Jakarta (15 September 1945) dan di Surabaya (25 Oktober). Tugas tentara Inggris yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Sekutu, datang untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, dan memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun tentara Inggris ternyata juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. Dengan semangat jihad yang dikobarkan melalui resolusi jihad diantaranya oleh KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah para pemuda, para santri dan rakyat pada umumnya melakukan perlawanan gigih luar biasa dalam pertempuran 10 November di Surabaya. Dalam pertempuran itu, menurut Ricklefs (1991) sebanyak 6.000 – 16.000 pejuang Indonesia tewas dan 200.000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Pertempuran heroik itulah yang dikenang sebagai Hari Pahlawan yang diperingati besok.
Pasca kemerdekaan, Inggris terus berusaha menjajah negeri ini dengan penjajahan gaya baru melalui penjajahan ekonomi, politik, budaya, dsb, Inti dari penjajahan adalah mengeruk kekayaan negeri terjajah demi kemakmuran negeri penjajah. Hal yang sama terus dilakukan oleh Inggris, Amerika dan penjajah lainnya dengan perusahaan multi nasional. Melalui investasi, penguasaan sumber daya alam, seperti migas dan tambang, dsb, kekayaan negeri ini terus dialirkan demi kesejahteraan mereka.
Dalam sejarah umat manusia, Inggris merupakan salah satu penjajah terbesar dalam sejarah penjajahan fisik. Inggris jugalah yang menghancurkan Khilafah Islamiyah di Turki dengan kolusi bersama agennya Mustafa Kamal. Inggris juga tidak pernah berhenti terlibat dalam pembantaian atas kaum muslimin. Inggris menjadi salah satu tulang punggung invasi ilegal dengan dalih bohong yang dipimpin oleh AS ke Irak. Inggris juga terlibat dalam invasi Afganistan. Hari-hari dari sejarah Inggris penuh oleh catatan kejahatan terhadap kemanusiaan dan umat Islam. Seolah-olah penjajahan, pembunuhan dan invasi menjadi salah satu trade mark Inggris. Dari Ratu Kerajaan itulah gelar ksatria diterima pemimpin negeri ini.
Tidak Gratis
Dalam sejarah pemberian gelar kehormatan, tak jarang dijadikan strategi oleh negara penjajah untuk mengamankan kepentingannya. Hal itulah yang dahulu dilakukan terhadap raja-raja kecil nusantara. Strategi itu juga yang dipakai Inggris untuk menancapkan kontrol finansialnya terhadap Mesir. Pada tahun 1875, Inggris membeli bagian share gubernur Mesir, kala itu Ismail Pasha, atas terusan Suez seharga £ 3.976.582; dan sejak saat itu kontrol Anglo-French terhadap keuangan Mesir berhasil ditancapkan. Ismail Pasha lalu diberi gelar Knight Grand Cross in the Order of Bath begitu pula anaknya Tawfik Pasha, sehingga kontrol Inggris itu pun bisa terus terjamin. Hal yang mirip agaknya digunakan saat ini.
Saat ini, investasi Inggris di Indonesia mencapai US$ 3 miliar dan ada di posisi dua besar setelah Singapura. Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan dan Menteri Perdagangan dan Investasi Inggris, Lord Stephen Green, menargetkan nilai perdagangan menjadi US$ 6 miliar pada tahun 2015. Di sisi lain, nilai ekspor RI ke Inggris pada 2011 hanya mencapai US$ 1,72 miliar. Bagi Inggris tentu sangat penting menjamin kepentingan investasinya itu di negeri ini.
Salah satu investasi besar Inggris di sektor migas melalui Brithis Petroleum (BP) melalui BP Plc mendapatkan kontrak pengelolaan gas blok Tangguh di Papua. Saat ini pabrik LNG BP Plc di Teluk Bintuni Papua memiliki dua train (dapur) dengan kapasitas 7,6 juta metrik ton LNG per tahun dan akan ditambah menjadi tiga train yang direncanakan berkapasitas 3,8 metrik ton LNG per tahun. BP Plc sudah menyampaikan proposal pengembangan kilang LNG Tangguh awal September lalu. Dalam waktu yang relatif singkat –kurang dari dua bulan- tanpa proses tender dan transparan, tetapi melalui penunjukan, proprosal itu mendapat persetujuan dari pemerintah RI.
Pemerintah resmi menyampaikan persetujuan atas proposal pengembangan kilang LNG Tangguh ini pada saat pertemuan bilateral Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron di London, Kamis (1/11). Pertemuan itu juga dihadiri oleh CEO BP Group, Bob Dudley dan Presiden BP di Asia Pasifik, William Lin. Investasi untuk pengembangan train ketiga kilang LNG Tangguh ini diperkirakan mencapai lebih dari US$ 12 miliar atau 7,5 miliar poundsterling. “Persetujuan ini merupakan kabar gembira bagi BP, salah satu penanam modal asing terbesar di Indonesia. Ini juga meningkatkan nilai perdagangan dan investasi Inggris di Indonesia,” ujar David Cameron. Restu untuk proyek pengembangan kilang Tangguh kepada BP Plc, dilakukan setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat gelar ksatria dari Ratu Elizabet II. Oleh kerajaan Inggris, SBY diberikan penghargaan Knight Grand Cross of the Order of the Bath (nasional.kontan.co.id, 2/11).
Sementara yang didapat negeri ini dan warganya, tidak sebanding dengan apa yang didapat oleh Inggris. Kekayaan alam negeri ini pun terus mengalir menyejahterakan warga negara Inggris sang penjajah. Negeri ini juga terus menjadi penyedia tenaga kerja murah, pasar besar dan sumber keuntungan dan kesejahteraan bagi negara penjajah, tak jauh beda dengan jaman penjajahan dahulu.
Wahai Kaum Muslimin
Dalam konteks ini kita perlu mengingat dan merenungkan firman Allah SWT:
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ
أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ
الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
“(Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (TQS. an-Nisa’[4]: 139)
Karena itu jika memang ingin mencari kemuliaan yang hakiki maka hanya bisa diraih dengan memenuhi seruan Allah untuk taat menerapkan syariah-Nya secara praktis dalam bingkai Khilafah Rasyidah. Allah SWT berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ
الْعِزَّةُ جَمِيعًا
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.” (TQS. Fathir [35]: 10)
Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []
Komentar Al Islam::
Ekonomi Indonesia tumbuh 6,17 persen pada triwulan III tahun 2012 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun pertumbuhan itu melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I dan II tahun 2012 yang masing-masing 6,3 persen dan 6,4 persen (Kompas, 6/11).
- Ironis, selama ini pertumbuhan tidak disertai dengan pemerataan. Pertumbuhan hanya dinikmati sebagian kecil orang bahkan asing.
- Akibatnya ekonomi terus tumbuh, tapi kesejahteraan rakyat umumnya tidak bertambah. Angka kemiskinan juga masih saja besar (29 juta orang).
- Pertumbuhan tinggi disertai pemerataan hanya bisa terwujud dengan penerapan Sistem Ekonomi Islam di bawah Khilafah Islamiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar