"

Jumat, 21 Desember 2012

Keluarnya Resolusi Internasional bahwa Palestina Hanya Tepi Barat dan Jalur Gaza Saja, Merupakan Penghiburan, Ratapan, ataukah Pesta yang Dirayakan dan Sikap Heroik?

Al-Islam edisi 634, 7 Desember 2012 – 23 Muharram 1434

Keluarnya Resolusi Internasional bahwa Palestina Hanya Tepi Barat dan Jalur Gaza Saja, Merupakan Penghiburan, Ratapan, ataukah Pesta yang Dirayakan dan Sikap Heroik?


Malam ini dikeluarkan resolusi dari Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa bahwa Palestina merupakan negara pengamat non-anggota. Palestina yang dimaksud adalah sesuai batas wilayah dalam keputusan Majelis Umum PBB 4 Juli 1967, yaitu “Tepi Barat dan Jalur Gaza”. Otoritas di Tepi Barat, khususnya Fatah, merayakannya. Abbas dan Erekat bersorak untuk pesta Palestina dan hari bersejarah. Di Jalur Gaza, Hamas mendukung kegembiraan Fatah. Khalid Meshal dan Ismail Haneya memberi ucapan selamat kepada upaya Abbas! Resolusi yang “menghapus” Palestina 48 selamanya, bagi mereka dianggap sebagai kemenangan gilang gemilang, seperti yang dikatakan oleh Abbas. Seandainya resolusi itu dipaksakan terhadap mereka niscaya kita katakan mereka dipaksa. Akan tetapi mereka berjalan mengupayakan keluarnya resolusi itu. Bahkan di atas keburukan ini, dua teman yang selama ini berseteru yaitu Fatah dan Hamas, bisa berkumpul. Padahal sebelumnya keduanya belum pernah berkumpul di atas kebaikan! Maha
 benar Allah SWT yang berfirman:


]أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لاَ تَعْمَى اْلأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ[

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada (TQS al-Hajj [22]: 46)

Pemahaman dan tatanilai telah terbalik-balik. Penjualan sebagian besar Palestina kepada Yahudi dengan harga murah bahkan gratis tanpa harga, dengan imbalan sesuatu untuk Palestina yang di atas kertas disebut negara non-anggota, dirayakan dengan pesta. Tidak dianggap sebagai luka mendalam yang menyedihkan dan menyakitkan! Semoga Allah merahmati penyair Syawqiy, di mana ia telah mengomentari apa yang dilakukan Mustafa Kamal sembilan puluh tahun lalu ketika menghapus al-Khilafah al-Islamiyah yang bersinar dan digantikan oleh Republik sekuler yang gelap dan menilai hal itu sebagai kemenangan. Syawqiy berkomentar, “Nyanyian-nyanyian pesta menjadi biasa, ratapan pun kembali, dan kita berduka di antara prasasti-prasasti kegembiraan.”

Begitulah yang mereka lakukan. Mereka merayakan penderitaan kita. Mereka berjalan dan berupaya mengeluarkan resolusi hukum internasional bahwa negara Palestina non-anggota adalah bukan Palestina yang ditaklukkan oleh Umar ra dan dibebaskan oleh Shalahuddin rahimahullah serta dijaga oleh Abdul Hamid rahimahullah… Bukan Palestina ini yang mereka inginkan, akan tetapi sebagian kecil dari Palestina. Dan akhirnya keluarlah resolusi ini! Untuk menampakkan resolusi ini sebagai sebuah kemenangan yang mereka perjuangkan, Amerika menunjukkan penentangannya terhadap resolusi tersebut. Padahal Amerika lah yang ada di belakang orang-orang yang memberikan suara demi kemenangan resolusi itu. Hal itu untuk membangun citra bagi Abbas dan Erekat, seolah-olah mereka pergi ke PBB tanpa memperhatikan keinginan Amerika! Mereka tahu bahwa mereka itu bohong. Seandainya Amerika memerintahkannya untuk duduk, niscaya mereka duduk tanpa bergerak. Akan tetapi Amerika menginginkan resolusi internasional yang memupus jalan bagi semua rencana apapun selain rencana dua negara yang ingin dipeliharanya…! Begitulah, antara pengkhianatan, tipu daya, dan penyesatan dicampur aduk sekaligus untuk menampakkan resolusi internasional itu sebagai kemenangan gilang gemilang, dengan menelantarkan sebagian besar Palestina! Sungguh benar Rasulullah saw dalam hadits yang telah dikeluarkan oleh Ibn Majah dari Abu Hurairah, Beliau bersabda:

«سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ»، قِيلَ:وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: «الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ»
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Saat itu pembohong dibenarkan, dan orang yang benar dinilai bohong; pengkhianat dipercayai dan orang yang amanah dinilai khianat. Pada saat itu ruwaibidhah berbicara”. Ada yang bertanya, “Apa ruwaibidhah itu?” Rasul bersabda, “Laki-laki bodoh yang berbicara tentang urusan masyarakat”

Namun demikian, kami katakan kepada mereka yang menginginkan “pengerdilan” Palestina melalui resolusi-resolusi internasional, dan kepada mereka yang menjadikan Turki sekuler menggantikan al-Khilafah al-Islamiyah…; sesungguhnya al-Khilafah dan Palestina memiliki umat yang agung, yang tidak akan bisa dicelakakan oleh kelompok yang tidak kompak dan harmonis dari anak-anak umat … Dan kami katakan bahwa al-Khilafah dan Palestina memiliki partai mukhlis dan jujur dengan izin Allah, Hizbut Tahrir, yang telah mendedikasikan dirinya sendiri, dengan dan bersama umatnya, untuk mengembalikan dua keagungan ini (al-Khilafah dan Palestina) insya’a Allah. Sungguh orang yang benar dan dibenarkan, yaitu Rasulullah saw, telah memberikan berita gembira dengan bersabda:

«…ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»

Kemudian akan ada Khilafah yang berjalan di atas manhaj kenabian (HR Ahmad dan at-Thayalisi).

Rasulullah saw juga bersabda:
«لَتُقَاتِلُنَّ الْيَهُوْدَ، فَلَتَقْتُلُنَّهُمْ»
Sungguh kalian akan memerangi Yahudi dan sungguh kalian akan membunuh mereka (HR Muslim)

Dan Allah SWT berfirman:

]وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ & بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ[
Pada hari itu, orang-orang yang beriman bergembira karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Penyayang (TQS ar-Rum [30]: 4-5)


16 Muharram 1434
30 November 2012

Hizbut Tahrir

Permainan Mutakhir atas Nasib Palestina
Israel menyerang jalur Gaza pada Rabu 16 November 2012. Diantara sekian kemungkinan motiv, sangat mungkin target serangan itu adalah gencatan senjata jangka panjang dengan Hamas (Palestina) untuk mengamankan front selatan (front Palestina), sebab Israel harus segera bersiap untuk front utara (front Suria). Menurut PM Israel Benjamin Netanyahu, negaranya menghadapi tantangan baru di Suria karena adanya kekuatan jihad global yang lebih memusuhi Israel. “Rezim Suria hancur ke tangan kekuatan baru. Unsur-unsur yang lebih ekstrem memusuhi Israel telah berakar di Suria. Dan kami bersiap untuk menghadapinya” ucapnya (aljazeera.net/news, 14/11).

Untuk mengamankan front selatan, maka harus diikat perjanjian gencatan senjata jangka panjang dengan Hamas. Karenanya serangan dilakukan lalu dimediasi oleh mediator yang bisa menekan atau membujuk Hamas. Yang paling tepat adalah Mesir dengan presiden Mursi yang dekat dengan Hamas. Di situlah bisa dipahami pertemuan cepat direktur intelijen umum Mesir utusan Presiden Mursi dengan Khalid Meshal dari Hamas.

Hasilnya, gencatan senjata antara Israel dan Hamas terjadi pada Rabu malam, 21 November 2012 dan diumumkan oleh Menlu Mesir Kamel Amr bersama Menlu AS Hillary Clinton. Clinton mengatakan, ”Sekarang kita harus fokus untuk mencapai hasil yang tahan lama, yang mempromosikan stabilitas regional dan kemajuan keamanan, martabat dan aspirasi sah Palestina dan Israel.” (BBC.co.uk, 22/11). Sejalan dengan itu, PM Israel Benyamin Netanyahu sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Namun ia tetap menegaskan bahwa pihaknya menginginkan kesepakatan yang lebih tegas untuk kepentingan jangka panjang (Tempo.co.id (22/11). Cepatnya Israel menerima gencatan senjata itu menunjukkan bahwa memang itulah target yang diinginkan Israel.

Di tengah semua itu, presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas mengajukan resolusi peningkatan status
Palestina untuk menjadi negara anggota PBB pada tanggal 29 November ke Majelis Umum PBB. Hasil pemungutan suara di Majelis Umum PBB pada Kamis (29/11), dari 193 negara anggota PBB, 138 negara anggota menyetujui peningkatan status Palestina dari “entitas” menjadi “negara pengamat non-anggota”, 41 negara anggota abstain dan sembilan negara anggota menolak termasuk AS. Dengan resolusi itu, di atas kertas Palestina yang terdiri dari wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza diakui sebagai negara. Segera saja hal itu dianggap sebagai kemenangan Palestina.

Kesan kemenangan itu dikuatkan dengan serangan Israel yang dikatakan untuk menjegal resolusi itu. Juga diperkuat oleh penolakan AS. Padahal AS lah yang ada di balik persetujuan resolusi itu. Hal itu sudah diisyaratkan oleh Clinton saat keterangan pers gencatan senjata Israel-Hamas. Tampak penolakan AS itu tidak sungguh-sungguh. Seandainya tidak, pasti AS memveto resolusi itu menggerakkan pihak lain untuk menolaknya. Penolakan AS itu hanya drama untuk mencuatkan kesan heroik Abbas bahwa dia terus mengajukan resolusi meski AS tak setuju.

Yang di dapat oleh Palestina hanyalah pengakuan di atas kertas sebagai negara. Dan itupun hanya atas Gaza dan Tepi Barat yang luasnya hanya sekitar 20% dari luas Palestina. Pengakuan atas resolusi itu pada hakikatnya justru merupakan pengakuan atas kedaulatan Israel, penyerahan 80% wilayah Palestina yang diduduki tahun 48 kepada penjajah Israel, dan menegaskan penerimaan solusi penjajahan Palestina dengan solusi dua negara, yaitu satu negara Israel penjajah, menguasai 80% dari Palestina dan satu mirip negara Palestina, terdiri dari sekitar 20 % saja dari wilayah Palestina yaitu Jalur Gaza dan Tepi Barat yang terus tersandera. Maka pantaskah gencatan senjata dan keluarnya resolusi itu dianggap sebagai kemenangan yang pantas dirayakan dengan pesta? Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []


Komentar:
Rendahnya kepercayaan terhadap sejumlah lembaga negara seperti DPR akan teratasi jika elite politik bersedia menghukum dirinya sendiri. Namun di Indonesia, memproses hukum elite politik bukan hal mudah (Kompas, 4/12)
  1. Di dalam industri politik demokrasi, harapan itu mustahil. Sebab yang ada hanya bagaimana mengembalikan modal beserta keuntungan dan memupuk modal untuk proses berikutnya.
  2. Apalagi jika terkait korupsi yang sudah menggurita dan menjalar ke mana-mana. Bisa-bisa jika benar-benar dibersihkan, semua elite bahkan yang tidak elit harus “dibersihkan”, sekali lagi jelas tidak mungkin.
  3. Solusinya tidak bisa parsial, tetapi harus total, yaitu mengganti sistemnya dengan sistem baru yang lurus dan adil yaitu Syariah Islam dalam bingkai Khilafah Rasyidah dan mengganti orang-orang pelaksananya dengan mereka yang senantiasa takut kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini